Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yastrib (kemudian dikenal sebagai Madinah) pada tahun 622 M merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Islam. Pada peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW tidak hanya berperan sebagai seorang mubaligh yang menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga sebagai kepala negara yang memimpin masyarakat Madinah yang sangat heterogen.
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah membawa dampak positif yang signifikan. Berbeda dengan di Makkah, di mana dakwah beliau banyak mendapat penolakan, di Madinah dakwah Islam justru diterima secara luas oleh penduduknya. Nabi Muhammad SAW menggunakan metode dakwah yang melibatkan pembinaan akidah, akhlak, ibadah, muamalah, serta ukhuwah Islamiyah untuk menyatukan kaum Muslim. Dalam waktu relatif singkat, penduduk Madinah mulai menerima Islam sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.
Dakwah Berbasis Komunitas: Pelajaran dari Hijrah Nabi
Dalam konteks dakwah berbasis komunitas, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW memberikan banyak pelajaran berharga. Pendekatan dakwah yang dilakukan di Madinah difokuskan pada kelompok-kelompok masyarakat yang tergolong dalam komunitas. Nabi Muhammad SAW berhasil menciptakan sinergi di antara berbagai kelompok melalui nilai-nilai persatuan dan keadilan.
Pembinaan ukhuwah menjadi salah satu kunci keberhasilan dakwah berbasis komunitas. Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum Muhajirin (pendatang dari Makkah) dan Anshar (penduduk asli Madinah) dalam ikatan persaudaraan yang kuat. Selain itu, melalui Piagam Madinah, beliau membangun kerangka masyarakat multikultural yang damai dan harmonis.
Peran Mubaligh dalam Dakwah Komunitas Modern
Dalam konteks dakwah saat ini, pendekatan dan strategi berbasis komunitas tetap relevan. Dakwah perlu memfokuskan pada kelompok-kelompok masyarakat yang tergolong dalam komunitas tertentu, baik berdasarkan wilayah, profesi, maupun minat. Pendekatan ini memungkinkan dakwah lebih efektif karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing komunitas.
Mubaligh juga perlu memperkuat kapasitas diri dengan wawasan keagamaan yang luas dan mendalam. Khususnya bagi mubaligh Muhammadiyah, dakwah di tingkat akar rumput harus mengintegrasikan pandangan keagamaan Muhammadiyah yang berbasis pada konsep Islam Berkemajuan. Islam Berkemajuan menekankan pentingnya kemajuan spiritual, intelektual, dan sosial dalam kehidupan umat Islam.
Menguatkan Dakwah untuk Transformasi Sosial
Untuk memperkuat dakwah berbasis komunitas, beberapa langkah strategis:
- Membangun Pusat Komunitas Seperti yang Nabi Muhammad SAW lakukan dengan mendirikan Masjid Nabawi, mubaligh dapat membangun pusat komunitas yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan sosial dan pendidikan.
- Mengembangkan Program yang Inklusif Dakwah harus mencakup semua golongan masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Program yang inklusif akan menciptakan rasa kebersamaan dan memperkuat solidaritas.
- Menggunakan Pendekatan Humanis Mubaligh perlu mendekati masyarakat dengan cara yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan memahami kebutuhan mereka. Hal ini akan membantu menciptakan hubungan yang harmonis dan efektif.
Dengan meneladani strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah, kita dapat menghadirkan Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Dakwah berbasis komunitas bukan hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan.
Oleh : Najihus Salam