LDK PP Muhammadiyah

Tantangan Dakwah di Pedalaman Dayak Patikalain: Sebuah Potret Nyata

0 134

Dakwah adalah seruan untuk mengajak umat manusia kepada agama Islam dan menyampaikan risalah Ilahi kepada masyarakat. Peran para mubaligh, dai, dan ustaz sangat penting dalam menjalankan ajakan menuju kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah keburukan (nahi mungkar), sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT:

اُدعُ اِلىَ سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالِّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl: 125)

Namun, dakwah di daerah pedalaman seperti Dayak Patikalain tidaklah mudah. Desa Patikalain, yang terletak di pegunungan Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, memiliki tantangan unik yang tidak dapat diabaikan. Desa ini terdiri dari beberapa kampung terpisah, seperti Papagaran, Cabai, Ramang, dan Bumbun, dan jaraknya sekitar satu jam perjalanan dari kota. Kondisi geografis yang berbukit membuat akses ke wilayah ini sulit, serta menyatukan penduduk dalam satu kesatuan wilayah menjadi tantangan tersendiri. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan pekebun, dengan hasil bumi seperti pisang, kopi, kacang, dan cabai sebagai komoditas utama.

Meskipun masyarakat Dayak Patikalain kini semakin modern, tantangan budaya tetap menjadi perhatian. Penduduk setempat cukup terbuka terhadap kedatangan dai, termasuk dari Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Muhammadiyah. Namun, penting bagi dai untuk tetap menghormati keragaman budaya dan agama di wilayah ini. Pendekatan yang penuh hikmah dan dialog yang konstruktif menjadi kunci keberhasilan dakwah. Dai harus memastikan bahwa dakwah tidak merendahkan atau menghina tradisi dan keyakinan setempat, melainkan menyampaikannya dengan cara yang bijaksana.

Patikalain adalah miniatur keberagaman Indonesia, dengan penduduk yang memeluk Islam, Kristen, dan Hindu Kaharingan. Meskipun mereka hidup berdampingan secara damai, pengaruh misionaris tetap ada dan dapat memengaruhi pola pikir masyarakat. Selain itu, keyakinan terhadap leluhur dan tradisi nenek moyang juga menjadi tantangan tersendiri. Dakwah harus mampu membuka pola pikir masyarakat agar tidak sekadar mengikuti tradisi tanpa mencari kebenaran yang lebih dalam. Para dai harus menggunakan pendekatan yang mengedepankan hikmah dan kesabaran dalam membimbing masyarakat menuju pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Islam.

Sebagian besar penduduk Patikalain mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan sebagai sumber kehidupan utama mereka. Namun, ekonomi masyarakat di sana masih sangat bersifat subsisten. Sebagai contoh, hasil panen pisang hanya dijual kepada pengepul tanpa pengolahan lebih lanjut. Ini merupakan kesempatan bagi dai untuk mendorong masyarakat untuk berinovasi dan memanfaatkan hasil bumi dengan cara yang lebih produktif. Produk olahan seperti keripik pisang atau produk makanan lainnya dapat meningkatkan nilai jual hasil pertanian dan memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat. Dalam hal ini, dakwah dapat memberikan solusi konkret yang menghubungkan aspek keagamaan dan ekonomi.

Mengubah pola pikir masyarakat menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dakwah di Patikalain. Banyak masyarakat yang masih terikat pada kepercayaan nenek moyang tanpa berusaha mencari kebenaran sejati. Para dai harus mampu membuka wawasan masyarakat dengan cara yang bijaksana dan tanpa paksaan, mengajak mereka untuk memahami ajaran Islam dengan hati yang terbuka. Pola pikir masyarakat masih berpusat pada prinsip “hidup untuk makan”. Dakwah perlu membangun kesadaran bahwa hubungan dengan Allah (hablum minallah) adalah kunci untuk memperoleh keberkahan dalam rezeki dan kehidupan yang lebih seimbang. Masyarakat perlu diajak untuk melihat bahwa kehidupan duniawi dan ukhrawi saling terkait. Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan juga masih minim. Banyak orang tua yang membiarkan anak-anak mereka tanpa pendidikan yang memadai. Oleh karena itu, dai memiliki peran besar dalam menanamkan kesadaran bahwa pendidikan adalah investasi penting bagi masa depan, baik untuk agama, keluarga, maupun bangsa.

Dakwah di pedalaman Dayak Patikalain membutuhkan pendekatan yang holistik dan menyeluruh, mencakup aspek sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Para dai harus hadir tidak hanya sebagai penyampai ajaran agama, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat setempat. Dalam aspek sosial dan budaya, dai harus memahami dan menghormati keberagaman tradisi dan keyakinan masyarakat, sambil tetap menjalankan misi dakwah dengan penuh hikmah.

Dalam aspek ekonomi, dakwah harus memberikan solusi yang nyata dan aplikatif, seperti mendukung inovasi dalam pengolahan hasil bumi agar masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi yang lebih tinggi. Ini akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Sementara itu, dalam hal pola pikir, dakwah perlu menumbuhkan kesadaran bahwa keimanan sejati harus dicari dan dipahami dengan sungguh-sungguh, bukan hanya diwariskan. Selain itu, pendidikan perlu ditekankan sebagai kunci untuk memperbaiki masa depan generasi muda.

Tantangan dakwah di Patikalain memang sangat kompleks, namun tidak ada yang mustahil dengan kesabaran, kecerdasan, dan strategi yang tepat. Dakwah di sini bukan hanya misi keagamaan, tetapi juga upaya untuk membangun masyarakat yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Para dai memegang peran strategis dalam menciptakan perubahan positif di wilayah ini, sehingga masyarakat Patikalain dapat tumbuh menjadi komunitas yang kuat, mandiri, dan berlandaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Kontributor : Risdi, Dai LDK PP Muhammadiyah
Editor : Najihus Salam

Leave A Reply

Your email address will not be published.