LDK PP Muhammadiyah

Dakwah Komunitas di Pulau Kera: LDK Muhammadiyah Bantu Peningkatan Fasilitas dan Berikan Dukungan kepada Masyarakat Suku Bajo

0 65

LDKMUH.OR.ID, KupangKetua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchamad Arifin, melakukan kunjungan ke Pulau Kera di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Kamis, 5 Desember 2024. Dalam kunjungan tersebut, Muchamad Arifin didampingi oleh Uum Syarif Usman, Yayah Kisbiyah, serta beberapa dai LDK yang bertugas di daerah tersebut, yakni Humaira Qulsum Blegur, Cici Usratussaidah, dan Rifki Kinanggi. Tim LDK disambut dengan hangat oleh masyarakat Suku Bajo yang tinggal di pulau kecil ini, yang terkenal dengan kehidupan nelayan tradisional dan keterbatasan fasilitas.

Sambutan meriah dari warga, terutama anak-anak sekolah yang berbaris untuk menyambut kedatangan tim dakwah, menunjukkan kegembiraan yang mendalam atas kunjungan tersebut. Ahmad Rusdy, pelopor pendidikan di Pulau Kera, menceritakan tantangan yang dihadapi masyarakat setempat, mulai dari akses air bersih, listrik, hingga keterbatasan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Sebagian besar warga Pulau Kera mengandalkan air kiriman dari luar karena tidak adanya sumber air tawar di pulau tersebut. Kondisi ini membuat akses kehidupan sehari-hari menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Perjalanan menuju Pulau Kera juga tidak mudah. Tim LDK Muhammadiyah, dalam perjalanan menuju suku Bajo, harus menyeberang dengan perahu kecil yang memakan waktu sekitar 30-45 menit dari Kupang, tergantung kondisi cuaca. Humaira Qulsum Blegur dan Cici Usratussaidah, dua dai yang bertugas di Pulau Kera, mengalami kejadian tak terduga saat perahu yang mereka tumpangi mogok di tengah perjalanan. Mereka terpaksa menunggu perbaikan mesin di tengah laut, sebuah pengalaman yang menunjukkan betapa sulitnya medan dakwah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, dai LDK Muhammadiyah di Pulau Kera tetap bertahan karena masyarakat yang sangat sederhana dan erat dengan nilai-nilai kebersamaan. Kehidupan mereka bergantung pada alam, dengan sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan tradisional. Mereka menangkap ikan, cumi-cumi, dan hasil laut lainnya untuk kebutuhan sehari-hari, serta mengolah sebagian hasil laut menjadi ikan asin untuk dijual.

Dalam pertemuan di masjid satu-satunya yang ada di Pulau Kera, Muchamad Arifin menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat atas sambutan hangat yang diberikan. Sebagai bentuk rasa terima kasih, tim LDK PP Muhammadiyah memberikan bantuan untuk peningkatan kemakmuran masjid dan fasilitas pendidikan. Bantuan ini diharapkan dapat sedikit meringankan beban masyarakat dalam menjalani kehidupan yang serba terbatas.

Meskipun minimnya akses terhadap fasilitas umum menjadi tantangan besar bagi masyarakat Pulau Kera, mereka tetap tangguh dan menjaga solidaritas antarwarga. Selain itu, masyarakat di Pulau Kera sangat menjunjung tinggi gotong royong dalam setiap aktivitas, baik itu perbaikan rumah, acara adat, maupun kegiatan sosial lainnya. Keadaan yang sederhana dan jauh dari perkotaan tidak menyurutkan semangat mereka untuk bertahan hidup dan melestarikan tradisi budaya maritim yang kental.

Selain itu, tantangan besar lain yang dihadapi warga Pulau Kera adalah minimnya fasilitas kesehatan dan pendidikan. Banyak anak-anak yang harus pergi ke Kupang untuk melanjutkan pendidikan formal, sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan ketahanan fisik dan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat juga menghadapi ancaman perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, yang dapat memengaruhi hasil tangkapan ikan mereka.

Tim LDK PP Muhammadiyah bersama para dai saat foto besama dengan guru yang bertugas di Pulau Kera, Kupang NTT

Dengan segala keterbatasan yang ada, masyarakat Pulau Kera tetap memiliki semangat hidup yang tinggi dan tekad untuk menjaga nilai-nilai kebersamaan. Keberadaan dai LDK Muhammadiyah di tengah mereka menjadi salah satu harapan besar dalam menghadirkan perubahan positif, baik dalam aspek spiritual maupun pemenuhan kebutuhan dasar.

Catatan Singkat Kehidupan di Pulau Kera, Kupang, NTT

  • Mata Pencaharian: Sebagian besar penduduk adalah nelayan tradisional, menangkap ikan dan hasil laut lainnya.
  • Akses Kehidupan Dasar: Air bersih menjadi tantangan besar, dengan warga mengandalkan kiriman dari Kupang. Listrik masih terbatas, banyak rumah yang menggunakan genset atau panel surya sederhana.
  • Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan: Pulau ini minim fasilitas kesehatan dan pendidikan. Anak-anak yang ingin bersekolah harus pergi ke Kupang.
  • Kondisi Tempat Tinggal: Rumah-rumah di pulau ini sederhana, terbuat dari kayu dengan atap daun lontar atau seng.
  • Lingkungan Sosial: Komunitas masyarakat sangat erat dengan gotong royong dan budaya maritim yang kental.

Dengan segala tantangan tersebut, masyarakat Pulau Kera tetap menjaga semangat kebersamaan dan hidup sederhana di tengah keterbatasan.

Editor : Najihus Salam

Leave A Reply

Your email address will not be published.