Oleh: Fathul, LDK Kapuas Hulu
Siang itu, saya melakukan kegiatan membina anak-anak TPA di Desa Bika Hulu, Kecamatan Bika. Hanya ada dua siswa yang hadir, sementara yang lainnya berhalangan atau sedang liburan — karena tengah libur sekolah.
Kegiatan ini diadakan di SDN 05 Bika Hulu, atas saran Bu Melly, kepala sekolah yang juga seorang Muslim. Di dusun ini, tidak ada tempat ibadah seperti surau atau masjid; satu-satunya masjid berada sekitar empat kilometer di dusun sebelah.
Saat saya mengajar, beberapa anak beragama Katolik bermain di sekitar sekolah. Mereka meminta izin untuk melihat, dan saya dengan senang hati mempersilakan. Tawa mereka terdengar ketika teman-teman Muslim mereka terbata-bata mengeja buku IQRA’.
Setiap kegiatan bimbingan, saya biasa membawa kue ringan untuk dibagikan kepada anak-anak TPA, termasuk yang Katolik. Namun, kali ini saya lupa membawanya. Saya pun meminta salah satu anak Katolik yang terlihat paling senior untuk membeli camilan di warung terdekat.
“Siapa namamu?” tanya saya kepada anak yang baru pertama kali saya lihat itu. Ia menjawab dengan sedikit ragu. Namanya Solihin, dan saya terkejut mendengarnya. Anak berkulit sawo matang ini ternyata beragama Katolik. Awalnya, dari namanya, saya kira dia muslim.
Karena penasaran, saya menggali lebih dalam. “Kenapa namamu Solihin?” Ia menjawab dengan terbata-bata, “Aku dulu Muslim, tapi… mamaku… Katolik.” Ternyata, ibunya seorang Muslim Jawa, sedangkan ayahnya Dayak yang beragama Kristen Katolik.
Ketika Solihin masih TK, kenangannya, kedua orang tuanya menjalani keyakinan masing-masing. Bahkan, ia sempat belajar membaca Al-Qur’an dengan pamannya, adik ibunya. Namun, saat menginjak SD, entah apa yang terjadi, ia dan ibunya mengikuti agama sang ayah.
“Solihin kan artinya baik, tapi kok anaknya jijal (nakal), Pak?” celetuk salah satu temannya, memecah keheningan. Seluruh kelas pun tertawa, termasuk saya.
Di tengah tawa dan kebersamaan itu, saya sejenak merenungkan perjalanan hidup seorang Solihin. Sebuah nama yang menyimpan cerita tentang pilihan, pergulatan batin dan identitas.