LDKMUH.OR.ID, Jakarta – Dalam sambutan Akademi Dai Digital Muhammadiyah yang diadakan Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Saad Ibrahim, MA menegaskan bahwa dakwah digital tak cukup hanya dengan semangat menyampaikan pesan, namun juga harus disertai dengan penguasaan atas kekuasaan itu sendiri—termasuk kekuasaan di bidang teknologi informasi (IT).
“Atas nama PP Muhammadiyah, kami sangat mengapresiasi inisiatif LDK dalam membangun da’i digital. Tapi ingat, tidak cukup hanya bergerak di bidang dakwah tanpa kita memiliki kekuasaan,” ujarnya di hadapan para peserta akademi yang digelar Sabtu-Ahad, 21–22 Juni 2025 di Aula Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Menurutnya, IT hari ini adalah bentuk kekuasaan modern. Jika pada masa lalu penguasaan wilayah dilakukan melalui perang darat, laut, dan udara, maka hari ini muncul ruang keempat: angkasa, dan ruang kelima: dunia digital.
“Kalau kita tidak menguasai ruang keempat, yaitu angkasa, maka kekuatan darat, laut, dan udara akan lumpuh. Apalagi sekarang sudah masuk ke ruang kelima: IT. Di sinilah letak cyber war,” jelasnya.
Sa’ad menilai bahwa keahlian di bidang digital semestinya tidak berhenti pada produksi konten-konten ceramah atau dakwah biasa. Para kader da’i Muhammadiyah harus naik kelas menjadi aktor strategis yang memahami dan menguasai sistem IT secara substantif, bahkan sampai pada level kendali informasi global.
“Kalau kita punya pengetahuan IT yang dalam, bahkan kita bisa mengendalikan daratan, lautan, udara, dan angkasa. Disitulah puncak kekuasaan dalam konteks manusia,” ungkapnya penuh penekanan.
Ia mencontohkan sistem Iron Dome milik Israel yang seluruhnya dikendalikan oleh teknologi digital. Maka jika penguasaan itu ada di tangan yang benar—seperti di bawah kendali dakwah yang tercerahkan—maka kekuatan besar seperti Israel pun bisa dilumpuhkan tanpa harus datang ke wilayahnya secara fisik.
“Kalau kendali itu dipegang oleh LDK, maka tidak perlu ke Israel, musnahlah Israel itu,” kata beliau dengan nada serius.
Dalam dunia yang sudah memasuki era proxy war, lanjut Sa’ad, kekuatan bukan lagi berada di tangan yang hadir secara fisik, tetapi pada kemampuan menciptakan pengaruh tanpa kehadiran langsung. Hal inilah yang dilakukan Amerika dan kekuatan global lainnya.
“Kita menciptakan situasi yang tidak harus kita hadiri secara langsung. Itulah proxy war. Tapi lihat, Iran tidak bisa dikendalikan. Bahkan kemarin kita menerima Duta Besar Iran di kantor PP Muhammadiyah,” ungkapnya, menyiratkan apresiasi atas ketahanan ideologis dan teknologi negeri itu.
Dengan sambutan ini, Sa’ad Ibrahim ingin menanamkan kepada seluruh peserta bahwa dakwah digital Muhammadiyah harus berpijak pada teologi yang kuat, ilmu yang mendalam, dan strategi yang tajam. Bukan sekadar konten, tetapi menjadi kekuatan yang membentuk arah zaman.
“Dai digital bukan hanya penyampai pesan. Tapi pelaku sejarah, pengendali arus, dan pemimpin peradaban,” pungkasnya.
Akademi Da’i Digital Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh LDK PP Muhammadiyah menjadi ruang kaderisasi yang mengintegrasikan spirit dakwah, keunggulan intelektual, dan penguasaan teknologi, demi terwujudnya generasi da’i yang siap memimpin bukan hanya dunia nyata, tapi juga dunia maya.
Kontributor: Ain Nurwindasari