CIREBON—Dalam strategi dakwah, Muhammadiyah membanginya menjadi tiga bentuk, yaitu sasaran utama, sasaran umum, dan sasaran khusus. Sasaran utama mencakup seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah, sasaran umum melibatkan seluruh kaum muslimin dan muslimat, sementara sasaran khusus ditujukan kepada kelompok masyarakat dengan karakteristik khusus.
Pentingnya pendekatan khusus dalam dakwah dihadirkan dalam acara Training of Trainer (ToT) Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah regional II di Universitas Muhammadiyah Cirebon pada Jumat (08/12). Anggota LDK PP Muhammad Uum Syarif Usman menegaskan peran sentral LDK dalam menyampaikan risalah Islam pada komunitas tertentu yang memiliki karakter khusus.
“LDK menangani masalah dakwah di tempat-tempat yang tidak biasa, di tempat yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda, Lembaga Dakwah Khusus ini memiliki peran yang sangat penting di Muhammadiyah,” ucap Uum.
Awalnya, strategi LDK dalam melaksanakan program dakwahnya terfokus pada segmen sosial tertentu, khususnya dalam daerah pedalaman dan di antara suku-suku terasing. Namun, sejak Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015, peran LDK mengalami perluasan tugas.
Dalam buku Panduan dan Strategi Dakwah Khusus yang ditulis oleh tim Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa terdapat lima sasaran obyek dakwah, di antaranya: Pertama, dakwah pada komunitas kalangan atas. Muhammadiyah memahami perlunya pendekatan intelektual dalam lingkungan ini. Seminar, diskusi, dan kegiatan sosial menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai Islam kepada individu dengan latar belakang ekonomi yang mapan.
Kedua, dakwah untuk komunitas kalangan bawah. Di sini, pendekatan lebih inklusif dan mudah diakses. Penyuluhan agama, bantuan sosial, dan program keagamaan sederhana membantu membangun kesadaran agama di kalangan yang mungkin memiliki keterbatasan ekonomi.
Ketiga, dakwah kepada komunitas kalangan menengah. Muhammadiyah mencoba menciptakan keseimbangan di sini, dengan program pelatihan, diskusi kelompok, dan kegiatan keagamaan yang mengakomodasi tingkat pengetahuan yang beragam di kalangan masyarakat menengah.
Keempat, dakwah di dunia virtual. Di era digital, dakwah juga merambah dunia maya. Media sosial, webinar, dan konten agama daring menjadi sarana untuk berinteraksi dengan publik secara luas, memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat.
Kelima, dakwah untuk masyarakat pedalaman. Di daerah terpencil, Muhammadiyah mengadaptasi pendekatan dengan menyelenggarakan kegiatan lapangan, penyuluhan, dan bantuan praktis yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Dakwah di sini mencerminkan kearifan lokal dan budaya.
Dengan pendekatan yang beragam ini, Muhammadiyah berusaha menjadikan dakwah lebih relevan dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, memastikan bahwa ajaran Islam dapat menyentuh hati dan pikiran setiap individu, tanpa memandang lapisan sosial atau geografis.