Karakteristik Daerah
Pada tahun 2017 yang lalu saya menginjakkan kaki saya untuk pertama kalinya di Bumi Tambun Bungai, tepatnya di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Saya ditugaskan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpian Pusat Muhammadiyah dalam rangka mengemban misi dakwah di daerah 3T di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tumbang Sanamang, Kecamatan Katingan Hulu.
Tidak ada transfortasi darat yang langsung dapat mengantarkan saya ke tempat dakwah ini. Saya menempuh perjalanan dari kota Palangkaraya selama 1,5 jam dengan menggunakan travel menuju Kabupaten Katingan. Kemudian dari Kabupaten Katingan saya kembali menempuh perjalanan menggunakan travel menuju Kecamatan Katingan Tengah, dan saya harus bermalam di sana untuk mendapatkan trasportasi air yaitu klotok (perahu) sebagai satu-satunya transportasi yang dapat mengatarkan saya ke lokasi dakwah. Dengan menggunakan klotok saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 8-9 jam melalui jalur sungai untuk sampai di Kecamatan Katingan Hulu.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tumbang Sanamang merupakan salah satu PCM tertua di Kalimantan dan merupakan cikal bakal lahirnya Muhammadiyah di Kabupaten Katingan. Kecamatan Katingan berada di ujung selatan Kabupaten Katingan, yang mana jarak tempuh utuk menuju kecamatan ini diperlukan waktu kurang lebih 10-12 jam. Kecamatan Katingan Hulu, lebih tepatnya di kelurahan Tumbang Sanamang berpenduduk mayoritas Dayak Ngaju (Dayak Hulu) yang hampir mencapai 93% dan beberapa penduduk pendatang seperti dari Pulau Jawa dan dari Banjarmasin yang mayoritas dari mereka adalah pedagang.
Aktivitas Dakwah
Pertama kali saya sampai di kantor Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Tengah saya sudah dijelaskan terlebih dahulu oleh pihak PWM bahwa tugas saya nanti adalah mengislamkan orang Islam dan memuhammadiyahkan orang Muhammadiyah. Saat itu juga dalam hati saya bertaya-tanya seperti apa masyarakat di sana sampai saya harus mengemban tugas mengislamkan orang Islam dan memuhammadiyahkan orang Muhammadiyah.Tentu saja ini membuat saya sedikit bingung dan juga tertantang.
Awal cerita saya menuju lokasi dakwah pada tanggal 24 Januari 2017. Alangkah terkejutya saya ketika saya mengetahui medan yang saya lalui menuju katinggan Hulu benar-benar di luar dugaan saya. Sebelumya bapak-bapak yang berada di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Katingan banyak yang heran ketika mengetahui bahwa saya ditugaskan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk berdakwah di Katingan Hulu. Saya pun bertanya-tanya dalam hati. Namun semua rasa penasaran saya hari demi hari terjawab. Ternyata daerah ini memang sangat sulit sehingga barangkali bapak-bapak Pimpinan Cabang merasa kasihan atau mungkin malah ragu kepada saya.
Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di Katingan Hulu, saya benar-benar kaget karena semua yang saya pikirkan sangat jauh dari ekspektasi saya selama berada di Kabupaten Katingan. Katingan Hulu adalah sebuah kecamatan yang sangat jauh berbeda dari kecamatan-kecamatan yang saya temui di kota-kota besar yang suasana sangat ramai. Kecamatan Katingan Hulu dikeliligi hutan perawan khas Kalimantan. Sepanjang mata memandang hanya hamparan perbukitan dan jalan-jalan kecil yang dibuat dari swadaya masyarakat yang menginginkam akses jalan untuk memudahkan mereka dalam mancari peghidupan. Di sana tidak ada mobil, tidak ada motor, tidak ada orang yang bermain gadget untuk mengakses informasi. Jaringan telepon yang masih sangat sulit untuk didapatkan menjadi salah satu penyebab utama terhambatnya informasi di Kecamatan Katingan Hulu.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tumbang Sanamang memiliki sebuah amal usaha yaitu berupa sekolah yakni SMP Muhammadiyah Tumbang Sanamang. Sekolah ini merupakan sekolah tertua yang berada di Kecamatan Katingan Hulu yang pada saat itu merupakan satu-satunya lembaga pedidikan yang mewadahi putra-putri Kecamata Katingan Hulu untuk menimba ilmu. Namun seiring dengan berjalannaya waktu, sekolah Muhammadiyah mulai ditinggalkan oleh warga setempat dikarenakan masuknya sekolah negeri yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Katingan.
Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Tumbang Sanamang juga memiliki sebuah masjid yag dulunya dijadikan sebagai pusat kajian keislaman. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak warga Muhammadiyah yang meninggalkan masjid tersebut, dikarenakan tidak ada kader militan yang mampu menjaga tata cara peribadatan sebagaimana telah diajarkan oleh Muhammadiyah, sehingga masuklah orang luar yang mengisi kekosongan di masjid tersebut dan mereka menjalankan amalan ibadah yang tidak sesuai dengan manhaj Muhammadiyah.
Hari pertama saya menjalankan tugas dakwah di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tumbang Sanamang, saya benar-benar kaget ketika melihat bagaimana masjid yang bertuliskan Pimpinan cabang Muhammadiyah akan tetapi tata cara peribadatannya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Dari sinilah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan dimulai. Waktu itu saya shalat di masjid Muhammadiyah sebagai makmum. Karena pada saat itu saya baru saja sampai di sana, jadi saya hanya menjadi makmum. Banyak sekali jamaah yang mengikuti shalat. Waktu itu kebetulan shalat maghrib.
Kemudian pada saat memasuki waktu shalat isya saya diminta untuk menjadi imam dan saya melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang biasa saya lakukan (dengan tata cara Muhammadiyah). Saat itu tak ada respon dari jamaah. Keesokan harinya saya kembali menjadi imam di masjid Muhammadiyah itu. Akan tetapi semua berubah secara derastis. Makmum yang datang untuk shalat hanya berjumlah 5 orang. Hal ini membuat saya sangat kaget sebenarya apa yang teradi, kenapa yang shalat hanya tinggal segini saja.
Saya benar-benar bingung. Akhirnya saya pun banyak bertanya pada jamaah masjid kenapa jamaahnya menjadi sedikit seperti ini. Para jamaah akhirnya memberitahukan kepada saya bahwa masyarakat setempat memang sebagian besar adalah keturunan dari warga Muhammadiyah. Namun dikarenakan selama ini tidak ada satupun kader Muhammadiyah yang mampu membimbing mereka, maka masuklah orang-orang dari Banjarmasin yang notabene mereka adalah orang-orang NU melakukan pembinaan terhadap warga-warga Muhammadiyah di masjid ini.
Perlu diketahui juga bahwa masjid di Katingan Hulu hanya diisi pada saat waktu shalat maghrib dan isya saja. Hal ini disebabkan karena kesadaran dan semangat ibadah masyarakat setempat masih sangat rendah sekali. Hal inilah yang membuat saya harus berdakwah dengan ekstra dan mengemban amanah yang amat berat seperti yang dituturkan sebelumnya: mengislamkan orang Islam dan memuhammadiyahkan orang Muhammadiyah. Saya menjadikan masjid Muhammdiyah sebagai pusat seluruh kegiatan dakwah di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tumbag Sanamang. Semua kegiata yang saya lakukan saya maksudkan agar seluruh masyarakat terbiasa melakukan segala kegiatan di masjid dan apabila telah memasuki waktu shalat dapat saya ajak mereka untuk melaksanakan shalat.
Adapun kegiatan yang saya lakukan ketika berada di lokasi dakwah ialah melakukan pembinaan terhadap jamaah yang berada di sana, mengajar anak-anak mengaji, melakukan pembinaan bagi para mualaf, dan mengajar di sekolah. Berdakwah di daerah ini kita tidak bisa menggunakan metode yang biasa kita lakukan ketika menghadapi masyarakat perkotaan. Ketika saya bertemu dengan mereka, cara pedekatannya pun sangat berbeda. Saya harus melakukan pendekatan yang sangat hati-hati agar mereka tidak salah faham terhadap saya. Ini dikarenakan selama ini tidak adanya kader Muhammadiyah yang datang untuk melakukan pembinaan. Mereka benar-benar tidak mengerti apa itu Muhammadiyah. Oleh karena itu saya membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk melakukan pendekatan terhadap mereka. Saya datangi mereka satu per satu, dari rumah ke rumah hingga akhirnya terbentuklah jamaah.
Di sekolah saya mengajar Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Saya sempat kaget juga ketika memasuki kelas di SMP Muhammadiyah Tumbang Sanamang, karena murud-murid yang saya ajar ternyata banyak yang non muslim. Saya senang melihat respon semua murid, terutama yang muslim, yang terlihat antusias menyimak pelajaran yang saya berikan.
Salah satu kendala yang saya hadapi adalah susahnya akses ke kota dan kesibukan warga sehingga sulit untuk diajak mengikuti pengajian rutin. Saya melihat sekolah dan masjid menjadi instrumen utama yang efektif dalam menggerakkan dakwah di daerah ini. Saya yakin ke depan Muhammadiyah akan tumbuh subur di daerah ini.
![]() | |
![]() |