اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Pertama dan paling utama, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah, Tuhan penguasa semesta alam, the owner of the universe, Tuhan yang mengatur semesta raya ini. Bersyukur bawah kita masih diberi usia, artinya kita masih ada kesempatan untuk memperbaiki, bertaubat, bersitigfar dan terus menyiapkan diri agar kita mendapat kepangkatan tertinggi dalam hidup ini yaitu sebagai “al-muttaqien”.
Mari kita evaluasi pencapaian kita hari ini. Sudah pada posisi apakah hari ini? Jika diibaratkan sekolah, sudah kelas berapakah sekarang? Jangan jangan sudah sekian lama kita menjadi muslim, kita stagnan, tidak naik kelas, tidak ada kemajuan. Allahu Akbar! Hari ini, detik ini kita hendak memastikan bahwa esok hari kita akan menjadi lebih baik lagi.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Alhamdulillahirabbil alamin… atas pertolongan Allah hari ini kita sama-sama dapat hadir untuk melaksanakan ibadah shalat ied. Kita hadir bersama-sama untuk membesarkan nama Allah, Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allah adalah the biggest one in our mind. Kehadiran Allah dalam pikiran kita membuat hidup kita mempunyai visi yang jelas, juga membuat hidup kita sederhana, dari yang begitu banyak menjadi satu tujuan, Allah SWT. Tapi yang satu ini adalah kunci, the key of our life, the key of success. Allah menjadi penunjuk jalan. Keimanan dan ketakwaan kita akan menjadi google map spriritual yang akan mengarahkan Langkah kita sehari hari, menujuk kemenangan dan kesuksesan yang dirikdhai Allah.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Dalam moment Idul Adha ini ada dua hal: perayaan dan peringatan. Perayaan identik dengan hal-hal yang menyenangkan. Bahkan bagi orang yang tak tau batas terkadang bisa menjadi hura-hura. Peringatan adalah spririt kita dalam mengambil pelajaran. Yang kedua inilah sesungguhnya yang paling penting. Jangan sampai kita fokus pada perayaan tapi lupa pada peringatannya.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Idul Adha adalah sebuah peringatan yaitu memperingati, mengingat kembali, dan mengambil pelajaran dari kisah dan teladan agung Nabi Ibrahahim AS, Khalilullah, kekasih Alllah. Saking luar biasanya sejarah ini sampai-sampai Allah menjadikannya sebagai rutual. Dianjurkan, bahkan sebagiannya diawajibkan kepada kita untuk memperagakan ulang, napak tilas apa yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.
Saudaraku yang dirahmati Allah, secara menyeluruh kisah ini diabadikan sebagai ritual ibadah haji. Ibadah haji secara historis adalah pengabadian atas kisah besar yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim AS. Rangkaian ibadah haji ini adalah “deklarasi tauhid”, Ketuhanan yang Maha Esa.
Saudaraku, mari kita lihat kisah Nabi Ibrahim AS secara komprehensif. Ibrahim adalah sosok pemuda yang cerdas, kritis, idealis, dan teguh dalam memegang prinsip dan kebenaran. Ibrahim hidup di masa Raja Namrud, raja Babilonia, seorang diktator yang mengingkari Allah, bahkan mengaku Tuhan. Negara Babilonia adalah negara pagan yang raja dan rakyatnya memuja berhala. Dan… ayah Ibrahim, Azar adalah pembuat berhala terbaik di negeri itu.
Semua orang berdiam diri atas penyimpangan ini. Semua sudah menjadi budaya turun temurun yang dianggap sebagai kebenaran. Hanya satu orang saja yang berpikir kritis atas kondisi ini, Ibrahim. Dia terus berpikir dan mencari kebenaran. Dia tidak bisa menerima budaya yang dianut oleh bangsanya.
Semua orang menjadi pragmatis, hanya uang dan kedudukan yang dibela dan dielu-elukan. Politik adalah soal bagaimana mencari kendaraan untuk meraup keuntungan pribadi dan kelompoknya. Tidak ada teman abadi, bahkan tidak ada kebenaran abadi. Tidak ada idelisme yang berpegang pada kebenaran. Agama bahkan dianggap sebagai perintang jalan dalam membangun keharmonisan peradaban.
Tapi itu semua tak berlaku bagi Ibrahim. Jiwanya berontak. Akar masalah utama di negerinya adalah soal ketuhanan. Masyarakat telah mempertuhankan tuhan yang keliru. Tuhannya menjadi patung, bahkan menjadi uang dan jabatan. Karena itulah Ibrahim berpikir keras untuk menemukan prinsip utama dalam membangun bangsa ini. Kisah ini direkam dalam al-Quran:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam” “Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”. “Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”. “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S Al-An’am 76-79).
Ibrahim telah menemukan sila pertama dalam membangun bangsanya. Tauhid. Inilah prinsip utama yang harus dijadikan dasar dalam membangun bangsa, membangun masyarakat, membangun dunai pendidikan. Lalu dengan penuh keberanian dia menghadap Raja. Kisah ini diabadikan dalam al-Quran:
اَلَمۡ تَرَ اِلَى الَّذِىۡ حَآجَّ اِبۡرٰهٖمَ فِىۡ رَبِّهٖۤ اَنۡ اٰتٰٮهُ اللّٰهُ الۡمُلۡكَۘ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ رَبِّىَ الَّذِىۡ يُحۡىٖ وَيُمِيۡتُۙ قَالَ اَنَا اُحۡىٖ وَاُمِيۡتُؕ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَاۡتِىۡ بِالشَّمۡسِ مِنَ الۡمَشۡرِقِ فَاۡتِ بِهَا مِنَ الۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ الَّذِىۡ كَفَرَؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِيۡنَۚ ٢٥٨
Tidakkah kamu memperhatikan orang1 yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.”2 Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Ibrahim berdebat langsung dengan Sang Raja. Raja terpojok dengan argumen Ibrahim. Tapi bagaimana pun Raja punya kuasa. Ibrahim diusir keluar. Bukan Ibrahim kalau menyerah. Kalau sudah bicara prinsip, dia pantang mundur. Dia berani melakukan segalanya dengan resiko terburuk sekalipun. Ibrahim masuk ke rumah berhala. Dia hancurkan berhala-berhala itu.
فَجَعَلَهُمْ جُذٰذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ الظّٰلِمِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ
Dia (Ibrahim) lalu menjadikan mereka (berhala-berhala itu) hancur berkeping-keping, kecuali (satu patung) yang terbesar milik mereka agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim. Mereka (para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim. (QS. Al-Anbiya: 58-60).
Atas tindakan ini Ibrahim dihukum dengan dibakar. Ibrahim tak gentar sedikit pun. Karena bagi Ibrahim hanya Allahlah yang boleh ditakuti. Dihadapinya hukuman itu. Inilah ujian untuk mempertahankan kebenaran yang ia yakini tanpa ragu sedikitpun. Pada hari yang ditentukan maka dibakarlah Ibrahim. Dan… Allahu Akbar! Api yang biasanya panas tiba-tiba berubah dingin atas kuasa Allah. Ibrahim pun selamat.
Ibrahim terus mendakwahkan keyakinannya, mengajak orang-orang untuk berpegang teguh pada kebenaran. Bahkan Ibrahim harus berhadapan dengan ayahnya sendiri. Kisah ini diabadikan dalam al-Quran:
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا يٰٓاَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطٰنَۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلرَّحْمٰنِ عَصِيًّا يٰٓاَبَتِ اِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يَّمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمٰنِ فَتَكُوْنَ لِلشَّيْطٰنِ وَلِيًّا قَالَ اَرَاغِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا قَالَ سَلٰمٌ عَلَيْكَۚ سَاَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّيْۗ اِنَّهٗ كَانَ بِيْ حَفِيًّا وَاَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَدْعُوْا رَبِّيْۖ عَسٰٓى اَلَّآ اَكُوْنَ بِدُعَاۤءِ رَبِّيْ شَقِيًّا
Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an)! Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi. Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak pula bermanfaat kepadamu sedikit pun? Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu. Ikutilah aku, niscaya aku tunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Bapakku, janganlah menyembah setan! Sesungguhnya setan itu sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya aku takut azab dari (Tuhan) Yang Maha Pemurah menimpamu sehingga engkau menjadi teman setan. Dia (bapaknya) berkata, “Apakah kamu membenci tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika tidak berhenti (mencela tuhan yang kusembah), engkau pasti akan kurajam. Tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama. Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan bagimu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia Mahabaik kepadaku. Aku akan menjauh darimu dan apa yang engkau sembah selain Allah. Aku akan berdoa kepada Tuhanku semoga aku tidak kecewa dengan doaku kepada Tuhanku.” (QS. Maryam: 41-48).
Semua dihadapi oleh Ibrahim dengan penuh keberanian. Ibrahim tidak ragu sama sekali akan kehadiran Allah. Allah akan menolong hamba-hambaNya yang beriman. Ujian demi ujian pun Ibrahim selesaikan. Hingga pada akhirnya Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke tempat yang gersang. Tempat yang tak dihuni oleh manusia. Tidak ada tanaman di sekitarnya, panas menyengat. Peristiwa ini direkam dalam al-Quran:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).
Inilah doa Ibrahim kepada Allah. Doa yang menjadi asas pertama dalam membangun masyarakatnya. Siapa sangka atas doa Nabi Ibrahim tempat yang gersang ini di kemudian hari menjadi salah satu pusat dan perhatian peradaban manusia. Tiga hal yang dimohonkan Ibrahim adalah: 1) agar keluarga dan dzuriyyahkan komitmen dalam menjalankan shalat, 2) agar mereka menjadi orang-orang yang dapat membangun hubungan baik dengan sesame, 3) agar dimudahkan pintu-pintu rizki.
Di saat semuanya sudah berangsur normal, ternyata masih datang lagi ujian tertinggi yang harus dihadapi Ibrahim. Ibrahim mendapat wahyu untuk menyembelih anak tercintanya, Ismail. Ujian yang sangat berat dan di luar nalar manusia. Tapi Ibrahim tak ragu lagi bahwa itu adalah perintah Allah. Maka dijalankannya perintah itu. Peristiwa ini direkam dalam al-Quran:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar. Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. As-Saffat: 102-105)
Ayat ini tampak sebagai konfirmasi terakhir dari Allah untuk menguji keimanan Ibrahim. Dan… Ibrahim dapat melewati ujian yang sangat berat ini. Kini tauhid telah menjadi prinsip yang kokoh sebagai dasar kehidupan manusia. Tempat ini pun menjadi mercusuar tauhid. Manusia dari seluruh belahan dunia datang ke tempat ini untuk mendeklarasikan dan meneguhkan keimanan mereka. Allahu Akbar! Allohu Akbar! Allahu Akbar!
Hadanallah waiyyakum ajma’in
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh