LDK PP Muhammadiyah

Khutbah Jumat: Nasehat untuk Pemimpin Negeri

0 35

Oleh: Muk Andhim, Pembina Pondok Shabran UMS

Naskah Khutbah Jumat : Khutbah Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. أَمَّا بَعْد

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Kehadiran Kepemimpinan dalam suatu Komunitas Masyarakat sangat dibutuhkan. Karena Baik-buruknya kualitas kepemimpinan akan menentukan maju-mundurnya sebuah peradaban. Sejarah telah mencatat Prestasi-presatsi Gemilang yang terjadi pada suatu Zaman tak lepas dari Pengaruh Kepemimpinan. Islam pun memandang sbuah kepemimpinan bukan sekedar perkara remeh-temeh yang dianggap hanya sebatas permainan.

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Kepemimpinan yang diamanahkan kepada seorang pemimpin pasti akan dituntut darinya sbuah pertanggung jawaban. Sebagaimana Sabda dari Rosulullah Muhamad SAW:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِه

Artinya: “Setiap dari kalian adalah Pemimpin, Dan Setiap dari kalianakan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Siapaun Diantara kita yang telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk hidup di Dunia. Tidak akan dibiarkan begitu saja terhadap apa yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Begitupun Tanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan kepada seorang pemimpin.

Kelak pasti akan dimintai darinya sbuah pertanggungjawaban atas stiap tindakan dan kebijakan. Oleh karenanya, Dalam stiap mengambil tindakan harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan. Tidak boleh hanya bersendi pada nafsu tanpa ilmu. Karena bertindak tanpa hujjah,  hanya akan membuat hidup di dunia dan akhirat susah.

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Sebuah kepimpinan akan menjadi kunci selamat atau celakanya seorang insan di hadapan Tuhan. Dalam Bertindak hendaknya harus dipenuhi dengan sikap kehati-hatian.

Karena Kebijakan-kebijakan yang dipilih akan menentukan apakah seorang pemimpin layak untuk duduk bersama hamba-hamba Allah yang mulia di syurga. Atau justru malah sebaliknya. Berada pada seburuk-buruknya tempat kembali. Menerima siksaan atas apa yang pernah dilakukan di dunia ini.

Rosulullah Muhamad SAW  menjelaskan,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah Seorang Pemimpin Yang memimpin masyarakat Muslimin, Lantas dia meninggal dunia dalam keadaan menipu mereka. selain Allah akan mengharamkan Syurga baginya” (HR. Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Menjadi seorang pemimpin berarti menjadi seorang pelayan. Pelayan kepada yang memberikan amanah kepemimpinan kepadanya. Maka dari itu menjadi suatu kewajiban bagi seorang pemimpin untuk memberikan pelayanan-pelayanan terbaik kepada masyarakatnya. Tidak boleh baginya mengutamakan kepentingan individual diatas kepentingan sosial. Dan Bersikap Adil dalam menyelesaikan suatu urusan adalah kunci suksesnya sebuah kepemimpinan. Sebagaimana yang di jelaskan dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’:58)

Syaikh Prof. Wahbah Az-zuhaili menjelaskan makna dari ayat ini bahwa seorang pemimpin tidakboleh tidak, dalam bersikap adil. Sikap adil merupakan kebalikan dari sikap zhalim.

Dan makna adil dalam ayat ini adalah menyampaikan semua hak kepada yang berhak dari setiap rakyat. Tidak boleh bagi seorang pemimpin menyembunyikan hak yang harusnya diterima oleh rakyatnya. Apalagi merampasnya dan digunakan untuk kepentingan pribadi dan keluarga.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْن فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Naskah Khutbah Jumat : Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.  اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد

Ma’asyiral Muslimin arsyadakumullah

Pada khutbah yang kedua ini Marilah kita bermuhasabah atas kualitas diri kita masing-masing. Sembari memikirkan langkah bersama untuk memajukan bangsa. Bersama menyatukan langkah, melupakan ego dan perbedaan. Saling menasehati dan memberikan bantuan dalam kebaikan dan ketaatan.

Tak lupa terus mendoakan Pemimpin kita supaya Allah memberikan Bimbingan dalam menjalanakan kepemimpinan. Terakhir marilah kita bermunajat kepada Allah ta’ala  supaya Negri ini menjadi Suatu Negri “Baldatun Thoyyibatun warabbun Ghafuur”. Negri yang aman, damai, berkeadilan dan berkemajuan yang kita impikan bersama.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.  اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ  رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْن

 

Sumber: ibtimes.id

Leave A Reply

Your email address will not be published.