LDK PP Muhammadiyah

Jalan Terjal Dakwah pada Komunitas Anak Punk

0 177

Tidak mudah dakwah pada kemuntas anak punk. Sulit, dan teramat sulit. Tapi tak yang tak mungkin jika semua dilakukan secara konsisten. Orang bilang, there is a will there is a way: dimana ada kemauan, pasti ada jalan. Man jadda wajada: barangsiapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Inilah yang telah dilakukan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Tuban. LDK Tuban berhasil mendakwahi dan mengentaskan anak-anak punk yang berada di daerah Tuban. Kini mereka tak lagi menggelandang di jalanan. Mereka sudah kembali ke masyarakat, diterima kembali oleh masyarakat.

Komunitas anak punk merupakan fenomena sosial yang dapat dijumpai dengan mudah di berbagai tempat, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di belahan dunia. Kehadiran anak punk dengan penampilan dan gaya hidupnya yang kontroversial mengundang perhatian tersendiri dari masyarakat. Anak punk identik dengan kriminalitas yang kehadirannya menjadi problem sosial di tengah masyarakat. Masalah ini tentunya harus dicarikan solusinya.

Melihat fenomena ini, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur kemudian melakukan dakwah pada komunitas anak punk. Secara praksis, dakwah ini dilakukan oleh LDK Tuban. Dakwah dilakukan pada komunitas anak punk di daerah Tuban. Mereka mengaplikasikan konsep dakwah komunitas yang merupakan hasil tanfidz Muktamar Muhammadiyah, sebuah konsep dakwah kontemporer yang sangat relevan untuk menyasar komunitas ini. Melalui dakwah ini, LDK Tuban telah berhasil mengadvokasi komunitas anak punk di Tuban. Puluah anak punk telah disadarkan dan kini mereka telah hidup normal di tengah masyarakat.

Abdul Majid Tamum adalah anak mudah yang energik dan mempunyai empatik yang tingga terhadap berbagai persoalan sosial. Dialah Ketua LDK Tuban. Dialah yang menahkodai kapal dakwah dan mengarungi medan dakwah yang sama sekali tak mudah.  Bersama Fathul Amin, Slamet Efendi dan Ardiana Rifki ia menginisiasi didirikannya LDK Tuban.

Program diawali dengan melakukan survei kondisi lingkungan sosial di Tuban. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan Dinas Sosial, dan berbagai Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang ada di Tuban. LDK melakukan pengekatan khusus kepada komunitas anak punk sehingga pada akhirnya mereka menerima kehadiran LDK dan menerima ajakan-ajakan kebaikan dari LDK. Hal pertama yang harus dilakukan menurut Majid adalah bagaimana agar kita diterima oleh anak-anak punk, agar kita dapat masuk ke dalam komunitas mereka.

”Ini tidak gampang. Sama sekali tak gampang. Agar kita diterima mereka maka kita harus datang dengan membawa manfaat. Apapun itu. Jadi dakwah di komunitas ini beda dengan dakwah di pangggung. Dakwah di panggung seringkali dapat amplop. Dakwah di sini justru kita yang harus membawa amplop. Harus keluar modal,” tegas Majid. LDK Tuban kemudian membuat berbagai program kreatif untuk menarik perhatian anak-anak punk.

LDK Tuban mengajak anak-anak punk untuk mengikuti pengajian ahad pagi. Pengajian ini diramu sedemikian rupa dengan berbagai pendekatan personal agar mereka mau hadir. Alhamdulillah berhasil. Akhirnya anak-anak punk itu mau hadir pengajian. Tentunya dengan seragam dina mereka. Sekali dua kali masih agak canggung. Tapi lama-lama mereka terbiasa dan akrab dengan para pengurus dan jamaah pengajian yang lain.

 

Pengajian ini rupanya menyadarkan para anggota punk. Kini mereka tidak hanya menjadi pendengar. Mereka bahkan kemudian turut aktif berdakwah. Diantara mereka banyak yang ikut dalam kegiatan bakti sosial. Mereka melekukan kolaborasi untuk menggalangan bantuan dan diberikan kepada masyarakat yang tak mampu (kaum dhu’afa).

 

Lambat laun citra anak punk di Tuban berubah. Masyarakat kini tak lagi melihat mereka sebagai sarang kriminal dan meresahkan masyarakat. Penampilan boleh sangar, pakaian boleh compang-camping, tapi hati mereka penuh dengan empati. Banyak diantara mereka yang sudah mau mengerjakan shalat dan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Kini masyarakat tidak takut lagi bergaul dengan mereka.

LDK Tuban dengan gigih menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satu problem utama yang dihadapi anak-anak punk ini adalah mereka tidak punya pekerjaan. Oleh karena itu maka LDK Tuban bekerja keras untuk mencarikan mereka lowongan pekerjaan. Rata-rata yang sudah bekerja kemudian mereka pensiun dari jalanan. Mereka aktif dan menekuni pekerjaan. Diantara mereka ada yang bekerja pada orang lain, ada juga yang membuka usaha sendiri dibantu oleh LDK Tuban.

Namun disadari inilah juga tantangan terberat yang dialami LDK Tuban. Sebab untuk mencarikan mereka pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Banyak tempat kerja yang tak mau mempekerjakan mereka pada saat melihat tato di sekujur tubuh anak punk ini. Rupanya label mereka sebagai anak criminal memang tidak mudah untuk dihilangkan. Para pihak yang mau mempekerjakan mereka harus diberi penjelasan terlebih dahulu. Problem lainnya adalah banyak diantara mereka yang tidak mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP). Anak-anak punk itu pada umumnya bukanlah pendduduk Tuban. Mereka datang dari berbagai daerah tanpa membawa kartu identitas.

Alhamdulillah, atas ijin Allah, berkat dakwah yang dilakukan oleh LDK Tuban saat ini kumintas ini sudah tidak eksis lagi. Satu dua orang yang belum bekerja sudah tidak lagi menggelandang. Mereka pada umumnya sudah sadar dan berusaha untuk hidup normal. Bahkan diantara mereka ada yang melanjutkan belajar di pesantren. Wahyu adalah anak punk yang melanjutkan pesantren dan kini sudah menjadi ustadz. Penampilannya kini beruba serratus derajat dari sebelumnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.