kisah para tokoh Muhammadiyah yang senantiasa ikhlas militan menghidupi Persyarikatan Muhammadiyah tanpa dibayar atau tanpa mendapatkan kedudukan/jabatan.
era muhammadiyah adalah berislam, begitulah apa yang sering kita dengar pada penjelasan makna bermuhammadiyah. Ketika kita ikut membesarkan, menjalankan roda Persyarikatan, artinya kita turut serta menjalankan Dakwah Islam, Menyebarkan Dakwah Islam itu melalui wadah yang bernama MUHAMMADIYAH.
Ada banyak orang yang kemudian lahir, besar namanya, kedudukannya, melalui wadah Persyarikatan Muhammadiyah, juga tak luput ada banyak pula yang kemudian menempuh pendidikan di Muhammadiyah, ataupun lahir hadir ditengah di Muhammadiyah namun tak ada semangat menghidupi Persyarikatan, bahkan banyak pula yang meninggalkan Persyarikatan Muhammadiyah. Padahal ini adalah Gerakan, Wadah, Dakwah Islam dalam mencerahkan dan memajukan Umat.
.
Sejarah kita mencatat, bahwa Para Kyai, Ulama, Tokoh-Tokoh yang hadir di Muhammadiyah, mereka dengan Militan membesarkan Persyarikatan ini dengan AMANAH, meski tanpa dibayar, atau bahkan tanpa dapat kekuasaan dari Persyarikatan ini, bahkan tak segan ketika Muhammadiyah dalam kondisi sulit, mereka rela menjual perbendaharaan harta mereka untuk membantu menghidupi Persyarikatan ini.
.
Kisah-kisah mereka harusnya menjadi teladan semangat bagi Anak-Anak Muda khususnya mereka yang hadir di Pelajar, Mahasiswa, Pemuda Muhammadiyah dalam hal ini Angkatan Muda Muhammadiyah, bahwa intisari bermuhammadiyah adalah Berislam, bukan mengharapkan dahulu sebuah perbendaharan dunia.
Salah satu kisah menarik yang diambil adalah Tokoh Muhammadiyah di Sumatera Selatan, Almarhum Haji Suja’i Cahya Negara, beliau pernah duduk sebagai Pimpinan Daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Pernah duduk sebagai Pimpinan DPRD di Era Reformasi, juga merupakan Tokoh yang membesarkan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Sebelum duduk sebagai Pimpinan DPRD/Tokoh Kebangsaan di Sumatera Selatan, Beliau adalah Seorang Guru & Pernah Menjadi Kepala Sekolah di Muhammadiyah Muaradua. Awal Perkenalannya pada Muhammadiyah dimulai Tahun sekitar 1980an , ketika beliau mengikuti pengajian dari Tokoh Muhammadiyah Cik Den, ingin mengabdi pada Muhammadiyah beloau melamar untuk menjadi guru Muhammadiyah , Kecintaannya semakin melekat ketika Jatuh hati pada Perguruan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Bersama Para rekan seniornya, Heri Yamin Dan KH.Buya Tohlon Abdul Rauf, Haji Suja’i membesarkan Muhammadiyah melalui Tapak Suci
Puluhan Dan Ratusan Kilometer ditempuh, hujan terik, Haji Suja’i bersama sahabatnya turun untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di desa dan pelosok Sumatera Selatan, mengenalkan mereka dakwah Islam serta mengajarkan Bela diri dalam membela kehormatan Agama, keluarga, bangsa dan Negara. Semua dilakukan tanpa gaji, tanpa bayaran, apalagi mau mematok biaya mengajar, apalagi jauh dari mengharap dapat jabatan/kekuasaan melalui Persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah telah menjadikan para tokoh ini sebagai jiwa yang besar mencintai Agama & Bangsanya, Para Tokoh Muhammadiyah ini berkumpul bertemu, mulai dari Dokter, Insinyur, Guru dan lainnya, bahu-membahu menghidupi Persyarikatan Muhammadiyah.
Kisah-kisah ini adalah salah satu kisah dari banyak kisah para tokoh Muhammadiyah yang senantiasa ikhlas militan menghidupi Persyarikatan Muhammadiyah tanpa dibayar atau tanpa mendapatkan kedudukan/jabatan. Semoga terus lahir tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti kisah ini, lahir Suja’i Suja’i yang lain dari dalam Negeri maupun Luar Negeri (Sp/fauzanazkhann)