Oleh: Miqdam A. Hashri, M.Si, CLQ
Gowes atau bersepeda sudah menjadi hal umum saat ini. Terlebih ketika pandemi Covid-19 membuat trens gowes meningkat tajam. Kemudian bermunculan dengan komunitas gowes yang terus bermunculan.
Meskipun pandemi telah berlalu dan trend gowes cenderung menurun, komunitas gowes yang sudah terbentuk tidak serta merta menjadi hilang. Komunitas gowes masih menyisakan para goweser yang konsisten. Bermula dengan event-event gowes yang tidak pernah sepi. Baik yang bersifat fun ride atau sepeda santai maupun event tour atau long ride yang menempuh ratusan bahkan ribuan kilometer jaraknya.
Fenomena ini tentunya menjadi perhatian bagi pegiat dakwah komunitas. Nilai-nilai dakwah dapat memberikan suntikan energi bagi goweser untuk terus konsisten bersepeda. Yakni nilai-nilai yang dapat goweser amalkan, antara lain:
Amalan-amalan saat Gowes
Pertama, kesempatan berdoa. Gowes merupakan aktivitas safar. Terlebih jika gowes hingga antar kota atau long ride. Sedangkan salah satu doa yang mustajab adalah doa orang yang sedang safar. “Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu: doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir.” (HR Al-Baihaqi).
Kedua, kesempatan berdzikir. Ketika gowes, seringkali akan mendapati medan yang bermacam-macam. Ada tanjakan dan turunan. “Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam dan pasukannya apabila melewati jalanan perbukitan yang naik, mereka bertakbir, dan apabila mereka turun, mereka bertasbih.” (HR Abu Dawud)
Ketiga, kesempatan bersilaturahmi. Ada baiknya gowes tidak sekedar ke tempat wisata. Namun bisa juga menyempatkan untuk mengunjungi kerabat, sahabat, atau kolega. Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat tersebut bertanya: “engkau mau kemana?”. Ia menjawab: “aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya: “apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”. Orang tadi mengatakan: “tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka malaikat mengatakan: “sesungguhnya aku di utus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya“ (HR Muslim)
Gowes dan Cinta Allah
Keempat, Kesempatan mendapatkan cinta dari Allah. Gowes merupakan salah satu bentuk olah raga. Namun perlu di ketahui bahwa sebenarnya olah raga berkaitan erat dengan olah jiwa. Gowes bisa menjadi salah satu sarana riyadhah baik fisik maupun spiritual. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah.” ( HR Muslim)
Kelima, Gowes adalah sarana berkendara halal. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa No 86 Tahun 2023 tentang Hukum Pengendalian Perubahan Iklim Global. Diantara keputusan fatwa tersebut adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan sumber emisi gas rumah kaca guna mengurangi dampak perubahan iklim. Termasuk di dalamnya adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Bahkan disebutkan bahwa tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan alam dan berdampak pada krisis iklim hukumnya haram. Dengan bersepeda, maka dapat mengurangi polusi udara yang berbaya. Jadi bersepeda merupakan salah satu upaya berkendara halal dalam rangka mengurangi penggunaan bahan bakar fosil agar tidak merusak alam yang berdampak pada krisis iklim.
Kelima nilai tersebut di atas dapat menjadi materi dakwah, baik di komunitas sepeda sebagai penambah semangat dalam bersepeda, maupun bagi masyarakat yang perlu disadarkan bahwa bersepeda memiliki nilai dakwah yang in Syaa Allah dapat menjadi sarana ibadah.
Wallahua’lam
Editor : Najihus Salam