LDKMUH.OR.ID, Jakarta – Dakwah komunitas tidak bisa dijalankan dengan asal-asalan, tetapi harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan terencana. Hal ini disampaikan oleh Muchamad Arifin, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada acara bimbingan teknis dai komunitas yang diselenggarakan oleh LDK PWM DKI Jakarta pada Jumat, 8 November 2024.
Acara yang berlangsung di lantai 6 Masjid At-Tanwir, PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat ini diikuti oleh perwakilan duta Muhammadiyah dan Aisyiyah serta para kader muda Muhammadiyah se-DKI Jakarta. Dalam materinya yang bertema Strategi Dakwah Komunitas: Sejarah, Konsep, dan Sasaran, Arifin menjelaskan dakwah berbasis komunitas sebagaimana yang telah diamanatkan dalam hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta pada 2022.
Dakwah komunitas, menurut Arifin, sudah menjadi bagian dari strategi Muhammadiyah sejak awal berdirinya. Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, telah mengembangkan pendekatan dakwah komunitas yang unik dan inovatif pada zamannya. Salah satu metode yang digunakan Kiai Dahlan adalah dakwah langsung, dengan menggali pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam dan mengajak masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kiai Ahmad Dahlan membentuk beberapa komunitas sebagai bagian dari strategi dakwahnya. Beberapa komunitas tersebut antara lain:
- Komunitas Sopotresno: Komunitas pengajian pertama yang dibentuk oleh Kiai Ahmad Dahlan di rumahnya untuk membahas dasar-dasar ajaran Islam, dengan fokus pada makna mencintai sesama.
- Komunitas Wal ‘Ashri: Mengajak jamaah untuk memahami Surah Al-‘Asr secara mendalam, dengan menekankan pentingnya waktu, perjuangan, dan persatuan dalam menegakkan agama.
- Komunitas Al-Ma’un: Kiai Dahlan mengajarkan bahwa Islam bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga aksi sosial. Komunitas ini berfokus pada kepedulian terhadap kaum dhuafa, anak yatim, dan masyarakat yang kurang beruntung.
- Komunitas Muballigh: Sebagai tempat untuk menyiapkan kader pendakwah yang kelak akan meneruskan dakwah Muhammadiyah ke berbagai daerah, serta memperkenalkan pembaruan dalam pemahaman agama Islam.
- Komunitas Aisyiyah: Sebuah organisasi sayap Muhammadiyah yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan, bertujuan untuk memberdayakan perempuan dalam bidang pendidikan dan amal sosial.
Komunitas-komunitas yang dibentuk oleh Kiai Dahlan tidak hanya berfungsi dalam bidang pendidikan agama, tetapi juga sebagai wadah pemberdayaan sosial bagi masyarakat. Kelompok-kelompok ini menjadi cikal bakal pengembangan lebih lanjut dari Muhammadiyah.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 pada tahun 2000 di Jakarta, Muhammadiyah mulai menekankan dakwah komunitas secara lebih terstruktur melalui program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). Program ini bertujuan untuk memperkuat dakwah berbasis komunitas dengan sasaran utama membangun masyarakat Islam yang lebih baik, tidak hanya terbatas pada lingkungan formal seperti masjid atau sekolah, tetapi juga langsung menyentuh kehidupan masyarakat dalam komunitas.
Pada acara bimtek tersebut, peserta diajak untuk melihat video pendek yang menceritakan perjalanan dakwah di berbagai komunitas, mulai dari kelas bawah, menengah, hingga atas. Meskipun acara berlangsung hingga larut malam, peserta tetap antusias dan semangat mengikuti seluruh rangkaian materi dan diskusi. Muchamad Arifin menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap tantangan yang ada di masyarakat yang kaya akan budaya dan keberagaman. Tanpa pemahaman yang tepat, dakwah pada komunitas bisa sulit diterima.
Acara bimtek ini berakhir pada pukul 23.00 dengan peserta yang tetap semangat, menunjukkan betapa pentingnya pemahaman dan pelaksanaan dakwah yang terstruktur dan fokus untuk mencapai tujuan yang maksimal.