LDKMUH.OR.ID, Jakarta — Dalam momentum Hari Pahlawan tahun 2025, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchamad Arifin, mengajak seluruh dai dan kader dakwah Muhammadiyah di berbagai daerah untuk terus menebarkan narasi yang menyejukkan, meneguhkan semangat persatuan, dan melawan segala bentuk penjajahan gaya baru di ruang digital.
Melalui pernyataannya yang disampaikan pada Ahad (9/11), Arifin menegaskan bahwa perjuangan melawan penjajahan tidak lagi berbentuk fisik sebagaimana masa lalu, tetapi kini hadir dalam bentuk baru: penjajahan pikiran, informasi, dan narasi negatif yang merusak tatanan sosial serta menanamkan benih kebencian di tengah masyarakat.
“Pahlawan di tengah derasnya informasi yang berbau pemecah belah umat tidak boleh dibiarkan begitu saja berkeliaran. Dai harus hadir membawa pesan damai, menyejukkan, dan menyatukan. Inilah bentuk jihad intelektual di era digital,” ujar Arifin.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa era digital telah melahirkan “penjajah tanpa wajah”, mereka yang menyebarkan hoaks, ujaran kebencian. Provokasi yang dapat memecah belah bangsa. Dalam konteks itu, para dai Muhammadiyah harus mampu menjadi garda terdepan dalam menghadirkan konten dakwah yang positif, membangun, dan mencerahkan.
“Kalau sebelum kemerdekaan, pahlawan adalah mereka yang mengangkat senjata melawan penjajah fisik, maka hari ini pahlawan sejati adalah mereka yang mampu melawan narasi negatif di dunia maya. Melawan penjajah tanpa wajah dengan narasi positif dan akhlak mulia,” tegasnya.
Sebagai bagian dari langkah nyata menghadapi tantangan tersebut, LDK PP Muhammadiyah membentuk Forum Dai Digital Muhammadiyah (Fordigimu), wadah kolaborasi bagi para dai muda dan pegiat dakwah digital untuk memperkuat kemampuan komunikasi di ruang virtual. Melalui forum ini, para dai tidak hanya piawai berdakwah di mimbar. Tetapi juga mampu memanfaatkan media sosial sebagai ruang dakwah yang edukatif dan penuh hikmah.
Menjadi Pahlawan di Era Digital
Fordigimu menjadi benteng moral sekaligus sumber inspirasi dalam melawan derasnya arus konten negatif. Di tangan para dai digital Muhammadiyah, media sosial tidak lagi menjadi tempat penyebaran kebencian. Tetapi ruang pencerahan dan dakwah yang menggembirakan.
Arifin menutup seruannya dengan mengingatkan bahwa semangat kepahlawanan bukan sekadar mengenang jasa masa lalu. Melainkan meneladani nilai-nilai perjuangan itu dalam konteks zaman kekinian.
“Hari ini, menjadi pahlawan berarti berani menjaga akal sehat, menjaga kedamaian, dan menegakkan nilai-nilai kebenaran dengan cara yang santun. Itulah jihad kebangsaan di era digital,” pungkasnya.
Melalui momentum Hari Pahlawan, LDK PP Muhammadiyah ingin menegaskan kembali bahwa dakwah yang mencerahkan tidak hanya berbicara tentang ibadah ritual, tetapi juga perjuangan moral dan sosial untuk menjaga persatuan bangsa dari ancaman disintegrasi dan penyimpangan informasi di dunia maya.
Redaktur: Najih
