Ketua PP Muhammadiyah: Dakwah Digital Adalah Fardhu ‘Ain bagi Kader Muhammadiyah

LDKMUH.OR.ID, Surabaya – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. KH. Saad Ibrahim MA, memberikan amanah dalam pembukaan Akademi Dai Digital Muhammadiyah yang digelar oleh Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpunan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sabtu (30/8/2025) di BPSDM Jawa Timur.

Kegiatan yang mengusung tema “Dakwah Transformatif di Era Digital” ini diikuti ratusan peserta dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Mereka adalah kader Muhammadiyah serta pengurus LDK dengan proyeksi kedepan menjadi dai digital.

Dalam amanahnya, Saad Ibrahim menyampaikan pesan menarik dengan mengaitkan kisah al-Qur’an dengan perkembangan teknologi digital.

Ia menyinggung kisah Nabi Sulaiman dan singgasana Ratu Bilqis yang berpindah tempat dengan cepat dari Yaman ke Palestina untuk menggambarkan percepatan teknologi yang telah tersirat dalam al-Qur’an.

“Kalau dulu singgasana Bilqis bisa berpindah dalam sekejap, kini kita hidup di era digital yang juga menghapus jarak. Apa yang jauh bisa terasa dekat, dan yang dekat bisa seakan hadir di depan mata. Itu menunjukkan betapa al-Qur’an sudah memberi gambaran tentang percepatan zaman,” jelasnya.

Menurutnya, kemajuan digital harus menjadi sarana, bukan tujuan. “Teknologi digital ini adalah karya manusia. Jangan sampai kita sebagai manusia justru menjadi budak oleh karya kita sendiri. Posisi kita tetap sebagai khalifah yang memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ujarnya.

Fardhu ‘Ain bagi Dai Muhammadiyah

Saad menegaskan, bagi kader Muhammadiyah, khususnya para dai, menguasai teknologi digital adalah sebuah kewajiban.

“Menggunakan teknologi digital untuk dakwah adalah fardhu ‘ain. Karena dakwah kita harus hadir di ruang-ruang yang kini paling banyak manusia akses,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan agar para peserta tidak terjebak pada pola pikir pesimis menghadapi tantangan digital. “Jangan biarkan pikiran pesimis keluar dari lisan kita. Dunia digital membuka peluang besar, asalkan mindset kita optimis dan progresif,” tambahnya.

Bagi Saad, dakwah di era digital tidak boleh berhenti pada penyampaian pesan agama di media sosial. Lebih dari itu, dakwah harus bersifat transformatif.

“Dakwah transformatif berarti dakwah yang menggerakkan, yang mengubah keadaan. Kita gunakan digital bukan hanya untuk menyebarkan ayat dan hadis, tetapi untuk menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta,” tuturnya.

Ia menutup dengan penegasan bahwa dakwah digital harus selalu berpijak pada al-Qur’an dan Sunnah, serta selaras dengan risalah Islam berkemajuan sebagaimana menjadi misi Muhammadiyah.

“Islam yang berkemajuan itu bukan sekadar slogan, tapi amanat yang harus kita terjemahkan dalam setiap langkah, termasuk di dunia digital. Inilah tantangan dakwah kita hari ini,” pungkasnya.

Get in Touch

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related Articles

Latest Posts