Dai LDK Muhammadiyah Dorong Spirit Tarjih dan Tahsin di Kampus ITBMW Wakatobi

LDKMUH.OR.ID, Wakatobi — Suasana siang di kampus Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Wakatobi (ITBMW) tampak berbeda. Setiap Sabtu selepas salat Dzuhur, sejumlah dosen berkumpul di salah satu ruang pertemuan. Mereka datang bukan untuk rapat akademik, melainkan mengikuti pengajian dosen—program rutin yang kini menjadi denyut baru kehidupan kampus.

Pada Sabtu, 1 November 2025, kegiatan ini tidak sekadar menjadi forum keagamaan, tetapi juga ruang pembinaan intelektual dan spiritual bagi para pengajar. Program ini lahir dari diskusi ringan antara sejumlah dosen yang merasa perlu memperkuat nilai-nilai Muhammadiyah di lingkungan kampus. Dari percakapan sederhana itu, tumbuh gagasan untuk membangun pembinaan rutin yang kini menjelma menjadi bagian penting dari kultur akademik di ITBMW.

“Awalnya hanya ide spontan saat kami berbincang tentang bagaimana membawa suasana keislaman yang lebih hidup di kampus,” tutur Irmawan.

Ia menjelaskan, pengajian dosen dirancang untuk menjadi ruang belajar bersama, bukan sekadar mendengarkan ceramah satu arah.

“Kami ingin suasana belajar yang dialogis, di mana setiap dosen bisa menambah wawasan sekaligus memperbaiki diri,” imbuhnya.

Kegiatan ini dipandu oleh Muammar Fadilah Lukman, dai LDK Muhammadiyah yang kini aktif membina kegiatan dakwah kampus di Wakatobi. Ia berperan sebagai pendamping utama dalam setiap pertemuan, sekaligus menjadi penggerak dalam menjaga semangat pembinaan.

“Bagi kami, dakwah di kampus tidak hanya berbentuk ceramah di mimbar, tapi juga membangun kebiasaan belajar dan beramal jama’i,” tutur Muammar.

Ia menekankan pentingnya menjadikan pengajian dosen sebagai ruang tumbuh bersama.

“Kita ingin para dosen tidak hanya menjadi pengajar, tapi juga teladan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam berkemajuan,” lanjutnya.

Meneguhkan Identitas Dosen Muhammadiyah

Wakil Rektor ITBMW, Surni, menilai kegiatan ini sebagai langkah penting dalam membangun ekosistem kampus yang berkarakter Muhammadiyah. Ia menegaskan, dosen di perguruan tinggi Muhammadiyah tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai teladan yang membawa nilai Islam berkemajuan dalam keseharian.

“Dosen harus memahami dan mengamalkan nilai-nilai Muhammadiyah, karena di situlah letak identitas kita,” tuturnya.

Ia berharap, pengajian ini tidak berhenti sebagai rutinitas, tetapi terus berkembang menjadi gerakan pembinaan yang berkelanjutan.

“Kalau dosennya kuat secara ideologis dan spiritual, maka mahasiswa pun akan terinspirasi,” imbuhnya.

Menurut Surni, kegiatan ini juga menjadi ruang bagi dosen untuk saling menguatkan dan belajar di luar konteks formal perkuliahan.

“Kami ingin menciptakan atmosfer kampus yang bukan hanya unggul dalam akademik, tetapi juga hangat dalam nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman,” tambahnya.

Dari Kampus untuk Masyarakat

Lebih dari sekadar forum internal, pengajian dosen ITBMW kini menjadi simbol bagaimana dakwah dapat hadir di ruang-ruang akademik dengan cara yang sederhana dan inklusif. Melalui kegiatan ini, para dosen tidak hanya memperdalam pengetahuan agama, tetapi juga menegaskan kembali jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan yang berakar pada ilmu dan amal.

Dari Wakatobi, sebuah kampus kecil di pesisir tenggara Sulawesi, semangat itu tumbuh perlahan. Di ruang pengajian yang sederhana, para dosen menata kembali relasi mereka dengan ilmu, iman, dan masyarakat.

Pengajian dosen ITBMW menjadi bukti bahwa pembaruan Islam bisa dimulai dari langkah kecil—dari diskusi ringan yang berubah menjadi gerakan pembinaan yang konsisten dan penuh makna.

Get in Touch

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related Articles

Latest Posts