LDKMUH.OR.ID, SANGIHE – Gerakan dakwah komunitas di Kepulauan Sangihe memasuki fase penting setelah Tapak Suci Putera Muhammadiyah kembali diaktifkan di wilayah perbatasan tersebut.
Dai Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PP Muhammadiyah, Hanif Syairafi Wiratama, S.Pd, menghidupkan kembali latihan Tapak Suci yang sebelumnya tidak berjalan secara terstruktur di sekolah maupun ranting-ranting Muhammadiyah.
Langkah ini menandai kebangkitan kembali pembinaan bela diri Tapak Suci di Kepulauan Sangihe, setelah bertahun-tahun tidak memiliki program yang berkelanjutan.
Upaya ini segera menghasilkan perubahan nyata, karena dua sekolah Muhammadiyah—MA Muhammadiyah Petta dan SMK Muhammadiyah Naha—menetapkan Tapak Suci sebagai ekstrakurikuler resmi.
Langkah ini menjadi kabar menggembirakan bagi warga Muhammadiyah di Sangihe. Selama ini, belum pernah ada pelatihan bela diri Ortom Muhammadiyah yang dikelola secara sistematis dan rutin.
Penugasan dai LDK yang bertugas selama satu tahun membuka jalan bagi koordinasi lintas amal usaha, pembinaan kader, serta penyiapan instruktur yang kompeten.
Transisi dari kegiatan informal menjadi program ekstrakurikuler memperlihatkan komitmen kuat untuk membangun pembinaan jangka panjang bagi pelajar di wilayah 3T tersebut.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kebangkitan Tapak Suci, Kepala MA Muhammadiyah Petta, Jalali Mangumpaus, S.Ag, memberikan pesannya. Ia menyatakan secara langsung bahwa program ini memberikan dampak nyata bagi perkembangan siswa.
“Tapak Suci ini sangat berarti bagi siswa kami. Selain belajar bela diri, mereka juga dilatih keberanian, ketekunan, dan karakter. Program seperti ini benar-benar dibutuhkan di wilayah perbatasan,” ujar Jalali pada hari Sabtu (15/11/2025).
Melalui pernyataan tersebut, Jalali menegaskan komitmen sekolah untuk terus mendukung pembinaan bela diri Muhammadiyah, karena program ini terbukti membangun kedisiplinan dan memperkuat semangat belajar para siswa.
Tapak Suci sebagai Dakwah Karakter dan Pembinaan Berkelanjutan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah kini menjalankan peran ganda: melatih bela diri sekaligus menanamkan dakwah karakter yang langsung membentuk kedisiplinan dan mental para pelajar
Program ini secara aktif menanamkan akhlak, kedisiplinan, ketangguhan mental, serta spiritualitas yang selaras dengan nilai-nilai Persyarikatan.
Dengan pendekatan tersebut, latihan Tapak Suci berperan sebagai bagian penting dari ekosistem pendidikan yang membentuk peserta didik secara holistik.
Penetapan Tapak Suci sebagai ekstrakurikuler di dua sekolah Muhammadiyah langsung membuka beragam peluang baru.
Program ini aktif memperkuat citra sekolah di mata masyarakat sekaligus menarik minat calon siswa yang mengutamakan pembinaan berbasis karakter.
Para siswa pun kini memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengikuti kompetisi Tapak Suci, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional, sehingga prestasi nonakademik mereka dapat mengangkat nama sekolah maupun daerah.
Momentum ini semakin kuat ketika sinergi antara dai, sekolah, dan pemuda Muhammadiyah mulai terbentuk.
Kolaborasi tersebut mendorong pembinaan Tapak Suci bergerak ke arah yang lebih sistematis.
Latihan yang semula tidak terjadwal kini berlangsung rutin sejak 26 Juni 2025, dengan sesi setiap hari Sabtu. MA Muhammadiyah Petta menggelar latihan pukul 07.30–09.30 WITA.
Sementara SMK Muhammadiyah Naha melanjutkan pada pukul 09.30–11.00 WITA. Pola teratur ini menunjukkan bahwa dakwah komunitas mampu berkesinambungan ketika dikelola dengan pendekatan terukur.
Inilah wujud nyata dakwah bil-hal—dakwah yang hadir melalui tindakan konkret dan kebermanfaatan langsung, bukan sekadar dalam ruang-ruang ceramah.
Dakwah Berkemajuan dan Harapan bagi Generasi Sangihe
Kebangkitan Tapak Suci di Kepulauan Sangihe menegaskan bahwa dakwah berkemajuan bergerak ketika menjawab kebutuhan nyata masyarakat.
Program ini memperkuat aspek spiritual, intelektual, dan jasmani para pelajar—sebuah pendekatan yang relevan dengan tantangan generasi muda di wilayah perbatasan.
Dengan dukungan sekolah dan PDM setempat, Tapak Suci mulai muncul sebagai ikon pembinaan pelajar Muhammadiyah di Sangihe.
Sebagai langkah berikutnya, pembinaan ini tidak berhenti pada dua sekolah yang lebih dulu memulai.
PDM dan pemuda Muhammadiyah menargetkan perluasan latihan hingga tingkat ranting dan mengintegrasikannya dengan pengajian remaja serta program pembinaan lainnya.
Transisi ini memastikan bahwa kegiatan bela diri menjadi bagian dari kultur komunitas, bukan program yang terputus ketika masa penugasan dai berakhir.
Hanif menegaskan komitmen tersebut. “Tapak Suci kami bangun sebagai gerakan jangka panjang. Kami ingin pembinaan ini menjadi bagian permanen dari dakwah dan pendidikan di Sangihe,” ujarnya.
Kebangkitan Tapak Suci di Sangihe kembali menunjukkan bahwa dakwah komunitas mampu mendorong perubahan nyata bagi generasi muda.
Program yang berjalan di sekolah dan masjid ini membuka ruang bagi pelajar untuk bertumbuh secara mental dan sosial.
Dengan langkah para kader muda yang terus bergerak di perbatasan Nusantara, dakwah berkemajuan tetap hidup dan memberi dampak yang terasa.
