LDKMUH.OR.ID, Barito Timur – Masyarakat di kawasan transmigrasi daerah 3T, tepatnya di Desa Turan Amis, Kecamatan Raren Batuah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, menunjukkan semangat keislaman yang kuat dengan menggelar pengajian rutin setiap hari Senin.
Suasana desa tampak hidup sejak sore hari. Warga dari berbagai usia—mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, hingga remaja—berbondong-bondong menuju tempat pengajian dengan membawa Al-Qur’an dan kitab pegangan masing-masing.
Pada Senin, 10 November 2025, warga Desa Turan Amis aktif mengikuti pengajian rutin yang mereka selenggarakan sendiri. Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana menuntut ilmu agama, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga di wilayah terpencil tersebut.
Meskipun menghadapi keterbatasan fasilitas dan jarak antarpermukiman yang jauh, masyarakat tetap menunjukkan semangat tinggi untuk hadir dan belajar agama bersama.
Setiap pekan, warga Turan Amis menjadikan pengajian sebagai momentum memperdalam pemahaman ajaran Islam sekaligus memperkuat rasa kebersamaan.
Melalui kegiatan yang sederhana namun bermakna ini, mereka terus menumbuhkan nilai gotong royong, ukhuwah, serta kecintaan terhadap ilmu agama di tengah kehidupan masyarakat transmigran yang jauh dari pusat kota.
Setiap pekan, warga Desa Turan Amis mengadakan pengajian dengan membahas berbagai tema keagamaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Pada pertemuan kali ini, fokus kajian tertuju pada pembahasan shalat berjama’ah—ibadah yang tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga simbol persatuan dan kekuatan ukhuwah di tengah masyarakat Muslim.
Fahmi Dolles Marshal, dai LDK PP Muhammadiyah yang ditugaskan di Barito Utara, Kalimantan Tengah, menjelaskan secara mendalam pentingnya shalat berjama’ah serta menyoroti beberapa bab dalam kitab fikih yang berkaitan dengan tata cara dan keutamaannya.
Ia menegaskan bahwa kebersamaan dalam ibadah mampu menumbuhkan rasa saling peduli dan memperkuat ikatan sosial antarwarga di daerah terpencil.
Semangat Belajar dan Pengamalan Agama di Desa Turan Amis
Antusiasme peserta pengajian pun terlihat jelas. Laki-laki dan perempuan dari berbagai kalangan aktif bertanya dan berdiskusi mengenai tata cara shalat berjama’ah yang benar, serta makna spiritual di balik praktik tersebut.
Fahmi menjawab setiap pertanyaan dengan sabar dan memberikan penjelasan yang mudah dipahami, sehingga peserta dapat menyerap materi dengan baik.
Sebagai bentuk penerapan langsung, kegiatan diakhiri dengan praktik shalat berjama’ah bersama. Suasana khusyuk tampak menyelimuti jamaah yang memenuhi mushala desa.
Tak berhenti di situ, kegiatan keagamaan juga berlanjut hingga sore hari. Para remaja mengikuti program hafalan Al-Qur’an setiap setelah salat Ashar, dengan fokus menghafal surah-surah pendek di bawah bimbingan dai.
Sementara itu, anak-anak kecil turut meramaikan sore di kampung dengan mengikuti TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) setiap malam usai salat Maghrib, belajar membaca dan menghafal ayat-ayat suci dengan semangat.
Warga Turan Amis merasakan langsung manfaat besar dari kegiatan pengajian ini. Mereka tidak hanya memperdalam ilmu agama, tetapi juga mempererat persaudaraan dan memperkuat identitas keislaman di tengah kehidupan desa yang sederhana.
Salah satu warga, Siti Aminah, mengungkapkan betapa berharganya kegiatan ini bagi masyarakat.
“Setiap pengajian selalu ada ilmu baru yang kami dapat. Selain itu, kami jadi lebih sering berkumpul dan saling membantu antarwarga. Rasanya seperti satu keluarga besar,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Miking, Ketua PCM Rarean Batuah. Ia menilai bahwa kegiatan pengajian ini menjadi sarana penting untuk memperkuat kebersamaan dan menanamkan nilai keislaman di tengah masyarakat.
“Semangat warga luar biasa. Kami di PCM sangat mendukung program seperti ini karena terbukti mampu mempererat ukhuwah dan menumbuhkan semangat dakwah di daerah terpencil,” ujarnya.
Dakwah yang Hidup dari Pengajian Rutin Masyarakat
Setiap Senin, masyarakat dengan penuh semangat mengikuti pengajian rutin sebagai wujud nyata tumbuhnya dakwah di pelosok negeri.
Fahmi, pengisi kajian, mengungkapkan rasa syukurnya bisa hadir di tengah masyarakat 3T tersebut.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mengisi pengajian di desa ini. Antusiasme masyarakat dalam menuntut ilmu agama benar-benar luar biasa,” ujarnya pada Senin (10/11/2025).
Ia menambahkan bahwa pembahasan tentang shalat berjama’ah kali ini sangat penting untuk memperkuat ukhuwah umat Islam. Fahmi juga mengapresiasi kegiatan TPA dan hafalan Al-Qur’an yang dijalankan masyarakat setempat.
“Ini menunjukkan betapa kuatnya kepedulian warga terhadap pendidikan agama anak-anak dan remaja. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan semakin memperkokoh keimanan umat,” tuturnya.
