Oleh: Miqdam Awwali Hashri, M.Si, (LDK PP Muhammadiyah, Mahasiswa Doktoral SPs UIN Syarif Hidayatullah, Pegiat Sepeda)
Dalam rentang waktu terakhir di berbagai kota Indonesia, solidaritas untuk Palestina tidak hanya lahir dari panggung politik atau mimbar resmi. Solidaritas tersebut tumbuh dari komunitas-komunitas yang ada di tengah masyarakat. Komunitas sepeda menjadi salah satu ruang ekspresi kepedulian tersebut. Sebagai contoh di Magelang, misalnya, berbagai komunitas pesepeda menggelar “Gowes untuk Palestina”, sebuah aksi bersepeda sejauh 20 kilometer dari Tugu Bambu Runcing, Temanggung dan finish di Taman Ahmad Yani, Magelang. Para goweser tersebut juga mengenakan atribut seperti bendera Palestina, syal, dan kaos berisi dukungan terhadap kemerdekaan bangsa Palestina. Aksi tersebut juga diiringi dengan penggalangan dana hingga tercapai puluhan juga rupiah yang akan didonasikan untuk membantu rakyat Palestina. Aksi serupa juga dilakukan oleh ratusan anggota komunitas sepeda di Surabaya dengan tema “Ride for Humanity” dan menggalang donasi hingga puluhan juta rupiah diantaranya dengan melelang sepeda, yang hasilnya kemudian disumbangkan untuk membantu warga Palestina.
Fenomena serupa juga hadir di kota lain. Komunitas Bike to Work Cilegon mengadakan gowes solidaritas, sementara Bike To Work (B2W) Indonesia juga menginisiasi “Ride for Palestine” secara serempak di berbagai kota besar, mengajak masyarakat bersepeda sambil membawa beragam atribut sebagai bentuk dukungan untuk rakyat Palestina. Semua ini menunjukkan bahwa solidaritas tidak melulu diwujudkan melalui kata-kata, melainkan juga lewat komunitas sepeda.
Gelombang solidaritas itu tidak hanya muncul di Tingkat lokal. Pada ajang bergengsi Tour de France 2025 pada bulan Juli lalu, sejumlah penggemar sepeda yang menonton tour tersebut terlihat tengah membentangkan bendera Palestina dan menuliskan pesan dukungan di jalan yang dilintasi pebalap. Media internasional seperti AP News juga menyoroti bagaimana even balap sepeda terbesar dunia itu menjadi sarana menyuarakan solidaritas kemanusiaan. Aksi ini menegaskan bahwa isu Palestina tidak berhenti pada forum politik resmi, melainkan juga hidup dalam ruang-ruang komunitas, bahkan dalam euforia balap sepeda internasional.
Bahkan pada event balap sepeda UCI world tour yang saat ini sedang di gelar di Spanyol pada bulan September 2025, La Vuelta, juga diwarnai dengan aksi dukungan solidaritas rakyat Palestina dari warga Spanyol. Hal ini terlihat para penonton yang berdiri di sepanjang rute, membentangkan bendera Palestina. Selain itu, tidak sedikit warga setempat yang melakukan unjuk rasa anti-Israel dan menuntut agar tim milik Israel diboikot dari kejuaran tersebut.
Lebih terorganisir, komunitas sepeda di Inggris rutin menggelar The Big Ride for Palestine, yang tahun 2025 ini berlangsung di tujuh kota besar, yaitu: Cardiff, Bristol, Birmingham, Manchester, London, Sheffield, dan Newcastle. Setiap kota memiliki rute khusus dengan jarak bervariasi. Cardiff menempuh 22 mil (±35 km) melewati jalur urban dan tepi perairan, Bristol 37 mil (±59 km) melalui kombinasi jalan kota dan jalur tenang, Birmingham 43 mil (±69 km), Manchester 36 mil (±58 km) yang sama panjang dengan perimeter Gaza dan melewati kawasan multikultural, London 30 mil (±48 km), Sheffield 36 mil (±58 km) dengan rute berbukit, dan Newcastle 27 mil (±43 km). Ribuan pesepeda ikut serta, menjadikan sepeda bukan sekadar olahraga, melainkan simbol persatuan dan solidaritas.
Dari Gaza sendiri, lahir inspirasi luar biasa melalui Gaza Sunbirds, yaitu sebuah tim paracycling yang beranggotakan atlet difabel. Meski hidup di tengah blokade, mereka tetap berlatih dengan sepeda balap dan menjadi simbol ketahanan mental rakyat Palestina. Beberapa media internasional mengapresiasi tim ini. Vatican News (10 April 2025) menyebut pendiri Gaza Sunbirds, Alaa al-Dali, sebagai simbol harapan dalam meringankan penderitaan sesama. Sementara AP News (1 September 2025) mengisahkan tentang mengubah disabilitas menjadi peluang terutama dalam perjuangan mereka pada kejuaraan dunia paracycling. Dukungan global terhadap Gaza Sunbirds membuktikan bahwa olahraga bukan hanya kompetisi, tetapi juga bahasa universal untuk menyampaikan pesan kemanusiaan.
Beragam aksi solidaritas ini juga menegaskan bahwa dunia sepeda dapat menjadi pintu masuk untuk menyuarakan isu kemanusiaan. Negara maupun masyarakat sipil dapat memanfaatkan sepeda untuk membangun jejaring solidaritas lintas batas, yang pada akhirnya berimplikasi pada isu-isu politik yang lebih besar. Dalam konteks ini, dukungan terhadap Palestina melalui komunitas dan aksi bersepeda bukan hanya ekspresi moral, melainkan bagian dari strategi jangka panjang membangun kesadaran global akan keadilan dan kebebasan bagi rakyat Palestina terutama yang ada di Gaza.
Menurut novelis yang juga seorang filsuf, Albert Camus, “Freedom is nothing else but a chance to be better”. Ini menunjukkan bahwa kebebasan yang diperjuangkan rakyat Palestina bukan hanya tentang terlepas dari penjajahan, tetapi juga tentang mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki hidup. Di sinilah relevansi dari sepeda sebagai simbol perjuangan. Seperti pedal sepeda yang harus terus dikayuh ketika melewati jalan yang menanjak. Jika berhenti mengayuh, maka akan jatuh. Ini menjadi refleksi dari harapan bahwa kebebasan harus selalu diperjuangkan langkah demi langkah. Aksi yang tampak ringan ternyata menyimpan dimensi moral yang dalam, yaitu mengupayakan kebebasan dari penindasan dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih adil.
Sepeda adalah simbol transportasi rendah polusi dan rendah emisi yang mendukung agenda global menghadapi perubahan iklim. Dalam perspektif ini, aktivitas bersepeda menyampaikan pesan ganda, yaitu: merawat bumi sekaligus membela kemanusiaan. Hal ini terasa relevan dengan momentum Hari Udara Bersih Internasional pada 7 September, ketika dunia kembali diingatkan tentang pentingnya mengurangi polusi dan emisi. Dengan menjadikan sepeda sebagai sarana, pesan solidaritas Palestina mendapat tambahan legitimasi dari narasi keberlanjutan lingkungan.
Pada akhirnya, komunitas sepeda membuktikan diri sebagai lebih dari sekadar komunitas hobi. Komunitas ini hadir sebagai ruang perjuangan, solidaritas, dan suara moral masyarakat. Aksi Ride for Palestine tidak hanya mengajak orang bersepeda bersama, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa kemerdekaan Palestina adalah perjuangan panjang yang membutuhkan dukungan lintas dimensi. Dalam perspektif keagamaan, komunitas berperan layaknya wadah dakwah yang menyuarakan nilai kemanusiaan melalui kebersamaan dengan penuh kedamaian melalui aksi nyata. Dakwah komunitas semacam ini yang perlu dikembangkan karena lahir dari kegembiraan, kebahagiaan, dan kebersamaan. Wallahua’lam
