LDKMUH.OR.ID, Cirebon — Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muchamad Arifin, M.Ag. menegaskan pentingnya penguatan dakwah berbasis komunitas yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disampaikannya dalam forum panel Silaturahmi Wilayah (Silatwil) Muhammadiyah Jawa Barat yang digelar di Universitas Muhammadiyah Cirebon, Sabtu (24/5).
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara LDK PP Muhammadiyah, Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial (MPKS), dan Forum Guru Besar (FGB) Muhammadiyah. Forum tersebut menjadi wadah refleksi dan konsolidasi gerakan dakwah Muhammadiyah, terutama dalam merespons tantangan sosial masyarakat kontemporer.
Dalam pemaparannya, Arifin menyoroti fenomena menjamurnya komunitas sosial di berbagai segmen masyarakat, baik di wilayah urban maupun pinggiran. Menurutnya, kehadiran komunitas-komunitas ini tidak boleh dibiarkan berkembang tanpa arah.
“Munculnya komunitas itu seperti jamur di musim hujan. Mereka tidak boleh tumbuh liar tanpa pendampingan. Di sinilah peran dakwah komunitas menjadi penting, menghadirkan para da’i yang siap membersamai dan membina mereka secara langsung,” ujar Arifin.
Ia menekankan bahwa dakwah tidak boleh hanya terbatas pada ceramah formal di mimbar-mimbar masjid. Tetapi juga harus hadir di ruang-ruang sosial tempat masyarakat berkumpul dan berinteraksi.
“Dakwah bil lisan bukan hanya di podium-podium terhormat. Para da’i Muhammadiyah harus terjun ke tengah-tengah komunitas. Bahkan ke daerah-daerah terpencil, agar dakwah menjadi lebih inklusif dan menyentuh kebutuhan nyata umat,” tambahnya.
Arifin juga menegaskan bahwa dakwah komunitas bukan sekadar strategi adaptif terhadap perubahan zaman, melainkan merupakan bagian integral dari misi pencerahan Muhammadiyah yang transformatif dan membumi.
Silatwil kali ini menjadi momentum strategis bagi para penggerak dakwah lintas majelis dan lembaga untuk merumuskan langkah kolaboratif. Dengan semangat sinergi, forum ini mendorong perluasan jangkauan dakwah hingga ke lapisan masyarakat paling bawah, sembari menjawab berbagai persoalan sosial dengan pendekatan yang humanis dan solutif.
